Sabtu, Oktober 17, 2009

Siapakah Negara No 1 di Afrika Selatan 2010 Dikutip dari Goal.com

Saat Argentina memastikan lolos ke Afrika Selatan
untuk berlaga di Piala Dunia 2010, berarti tak ada
pergeseran luar biasa dalam peta persaingan
kandidat juara. Langkah yang terseok di babak
kualifikasi tak lantas Argentina diabaikan.
Bahkan Argentina bisa menjadi kekuatan yang
harus diperhitungkan. Tidak menutup
kemungkinan Los Albicelestes mengikuti jejak
Brasil di Piala Dunia 2002.
Brasil harus bekerja keras dan nyaris tersingkir di
kualifikasi sampai akhirnya muncul pelatih Luiz
Felipe Scolari yang tampil sebagai penyelamat.
Mereka akhirnya lolos lubang jarum dan berlaga
di Jepang-Korea Selatan. Tak berhenti di situ.
Bahkan Brasil kemudian tampil sebagai juara.
Dari tim yang diragukan berubah menjadi tim
juara. Sama seperti Jerman di 2002. Sempat
dipermalukan Inggris 5-1 di pertandingan
kualifikasi di Munich dan harus menyingkirkan
Ukraina di babak play-off, Jerman justru bisa
menembus final.
Kontras dengan Argentina yang begitu perkasa di
babak kualifikasi dan hanya sekali menderita kalah.
Namun, mereka bak macan ompong dan
tersingkir di babak penyisihan. Inggris pun sukses
membalas dendam melalui gol tunggal David
Beckham dari titik penalti.
Ini menunjukkan semua masih serba
memungkinkan saat memprediksi kandidat juara
dunia. Tim yang sangat diunggulkan ternyata
jeblok di putaran final. Demikian pula sebaliknya.
Meski kejutan Piala Dunia selalu terjadi, tapi trophy
tetap dikuasai tim-tim bertradisi juara. Setelah
Prancis tampil sebagai penguasa baru pada Piala
Dunia 1998, gelar juara kembali menjadi milik
Brasil (2002) dan Italia (2006).
Bagaimana dengan kandidat juara dunia di Afrika
Selatan? Cukup menarik bila bursa taruhan pun
'tidak sepakat' mengenai calon juara.
William Hill menempatkan Spanyol sebagai
kandidat kuat meraih gelar juara dunia untuk
pertama kali sekaligus merebut double setelah
memenangi Piala Eropa 2008.
Sementara, Brasil menjadi rival utama Spanyol
dengan menduduki peringkat dua untuk kandidat
juara. Inggris yang gagal tampil di Piala Eropa
2008 justru mendapat 'tempat terhormat' di
bawah Spanyol dan Brasil.
Bagaimana dengan Argentina? Meski nasibnya
harus ditentukan di pertandingan terakhir, namun
mereka tak bisa diremehkan.
Terbukti, pasukan Diego Maradona berada di
peringkat empat sebagai kandidat juara. Artinya,
Argentina punya peluang yang tidak kalah besar
memenangi trophy untuk ketiga kalinya.
Sebaliknya juara bertahan Italia hanya berada di
urutan enam di bawah Jerman. Italia selalu
menjadi tim spesialis nonunggulan di antara peta
persaingan tim-tim kuat. Namun, torehan
prestasinya tidak main-main.
Mereka empat kali juara dunia dan hanya bisa
disaingi Brasil yang sudah lima kali mengangkat
trophy. Karena itu, bursa taruhan Ladbrokes dan
Bestbetting tetap menjagokan Brasil.
Dan inilah 10 negara yg punya kemungkinan membawa pulang Piala Dunia.

1. Brasil
Tradisi yang masih belum bergeser. Brasil selalu
menempati favorit utama saat berlaga di
turnamen besar. Apalagi, Brasil menunjukkan
konsistensinya selama diarsiteki Dunga.
Sukses di Piala Konfederasi yang digelar di Afsel
yang juga menjadi tuan rumah Piala Dunia
menjadi sinyal Brasil sudah 'beradaptasi' dengan
kota-kota tempat pertandingan.
Penampilan Selecao di kualifikasi zona Conmebol
juga meyakinkan. Mereka menduduki peringkat
teratas dan menjadi tim pertama yang berangkat
ke Afsel. Hebatnya, kepastian tiket Brasil diperoleh
di Argentina saat mengalahkan tuan rumah
dengan skor meyakinkan 3-1.
Dunga sukses memadukan sepakbola
menyerang yang menghibur dengan permainan
yang taktis. Brasil tak lagi kesulitan mengerem
kebiasaan menyerang lawan dengan sepakbola
indah.
Namun, itu tidak berarti Selecao menjadi tim yang
lebih banyak bertahan. Mereka hanya lebih sabar.
Mereka yang menjadi tulang punggung, Kaka,
Luis Fabiano, Maicon juga makin matang. Dunga
juga masih memberi tempat pada figur penting di
tim, kapten Lucio.

2. Spanyol
Spanyol sesungguhnya pantas menempati pole
position untuk memenangi trophy. Meski gagal di
Piala Konfederasi, namun La Furia Roja mampu
menunjukkan konsistensinya selama dua tahun
terakhir.
Skuad inti Spanyol pun tak berubah meski
berganti pelatih dan kini ditangani Vicente del
Bosque. Berbeda dengan pelatih Marcello Lippi
yang melakukan perombakan terhadap skuad
Italia yang diarsitekinya di Piala Dunia 2006.
Materi pemain Spanyol juga paling lengkap. Lapis
keduanya tidak kalah solid karena ada Raul Albiol,
Gerard Pique, Xabi Alonso, Marcos Senna dan
Alvaro Negredo.
Saat menghadapi Bosnia-Herzegovina di laga
terakhir, Spanyol kehilangan Carles Puyol dan
Carlos Marchena di lini belakang, Xavi dan Cecs
Fabregas di tengah, serta Dani Guiza dan David
Villa di lini depan.
Bagi tim-tim lain, absennya pemain pilar di semua
lini jelas menjadi kiamat. Tapi tidak bagi Spanyol.
Terbukti, Spanyol masih bisa menghajar Bosnia
5-2. Spanyol menjadi satu-satunya tim yang
mencetak rekor sempurna alias selalu memetik
kemenangan di kualifikasi.

3. Italia
Juara bertahan yang tidak boleh dipandang
sebelah mata. Kembalinya pelatih bertangan
dingin Marcello Lippi membuat Italia bakal makin
diperhitungkan.
Performa Italia di babak kualifikasi memang tak
memperlihatkan sebagai tim yang berstatus juara
bertahan. Mereka tak pernah menang lebih dari
dua gol.
Italia baru bisa mencetak tiga gol di laga terakhir
yang menentukan karena mereka sudah lolos ke
Afsel. Lagipula, Lippi tak menurunkan tim terbaik.
Hanya, agak kebangetan memang karena Italia
cuma menang 3-2 atas tim lemah Siprus.
Namun, Italia sesungguhnya sudah terbiasa
menghadapi kesulitan. Kematangan mental tim
juara sekali lagi diperlihatkan Italia saat menahan
Irlandia 2-2 yang membawa mereka ke Afsel.
"Inilah Italia. Kami memang akan seperti itu dan
tidak ada yang bisa mengubah kami. Kami bukan
Spanyol atau Brasil yang bermain dengan gaya
tertentu. Kami memiliki karakteristik tersendiri.
Karakteristik seperti itu sudah membuat kami
memenangkan banyak pertandingan," tandas
gelandang Angelo Palombo.
Hanya, Italia tetap butuh perbaikan bila ingin
mempertahankan gelar. Bahkan Lippi mengaku
skuadnya saat ini masih kalah dibandingkan tim
yang memenangi Piala Dunia 2006. La Nazionale
2010 juga tak sebanding dengan timnas 1982.
Keunggulan dari kedua tim tersebut, hampir
semua pemain berada di usia keemasan sehingga
mencapai performa terbaik. Kini, mereka yang
pernah menjadi tulang punggung di Piala Dunia
2006 tentu sudah melewati masa keemasan saat
kembali diberangkatkan ke Afsel.

4. Jerman
Jangan sesekali meremehkan Jerman. Tampil
solid dan efisien menjadikan Jerman sebagai salah
satu kandidat yang harus diperhitungkan. Mereka
menunjukkan konsistensinya.
Setelah menduduki peringkat tiga di Piala Dunia
2006 dan kemudian menjadi finalis di Piala Eropa
2008. Sebuah peningkatan yang signifikan
mengingat Jerman telah melakukan pergantian
pelatih dari Juergen Klinsmann kepada asistennya
Joachim Loew.
Proses pergantian pelatih tampaknya cukup
mulus karena Loew memang lebih dekat dengan
pemain. Di babak kualifikasi, Jerman berada di
grup yang tak ringan karena ada Rusia, Wales
dan Finlandia.
Namun, mereka mampu mengatasinya.
Kemenangan 1-0 atas Rusia di Moskow
memperlihatkan kematangan mental tim Jerman.
Mendapat tekanan sepanjang pertandingan dan
kehilangan seorang pemain, Jerome Boateng
yang dikartu merah, namun Jerman tak
kehilangan soliditasnya. Bahkan mereka mampu
unggul 1-0 melalui gol yang di-set up cukup
bagus sebelum diselesaikan oleh Miroslav Klose.
Sebuah gol dari kerjasama tim yang terjalin
cukup lama.
"Pemain memiliki gen pemenang. Mereka selalu
tampil untuk menang," puji Loew. Peringatan dari
tim dengan gen pemenang.

5. Argentina
Tim dengan kontroversi yang mengiringinya
sejak ditangani Diego Maradona yang identik
dengan kontroversi. Maradona nyaris membuat
Argentina tersingkir. Mereka butuh kemenangan
terakhir dengan mengalahkan Uruguay untuk
merebut tiket otomatis ke Afsel.
Pemanggilan pemain yang dilakukan Maradona
juga agak aneh. Ia merekrut pemain gaek macam
Martin Palermo dan Rolando Schiavi. Palermo
sudah tak terpakai lagi di timnas setelah tiga kali
gagal mengeksekusi penalti dalam satu
pertandingan Piala America.
Namun, Maradona cukup beruntung karena
Palermo bisa menjadi penyelamat saat
menghadapi Peru. Sebaliknya, Maradona dinilai
tak bisa memaksimalkan pemain bertalenta
seperti Lionel Messi yang begitu spektakuler di
Barcelona.
Kemampuan Maradona dalam membangun
strategi tim juga diragukan. Ini terlihat saat
menghadapi Brasil. Ia kalah dalam adu strategi
melawan Dunga sehingga Brasil bisa menang
mudah 3-1 atas Argentina yang bermain di
kandang sendiri.
Maradona lebih banyak sesumbar sebelum
pertandingan tapi tak tahu apa yang dilakukan
saat 11 pemainnya berada di lapangan hijau.
Mampukah Argentina memenangi Piala Dunia?
Harian terkemuka di Argentina, Clarin menulis
masih banyak yang harus dibenahi. Maradona
pun kembali bermasalah karena komentarnya
yang pedas dan mengecam pers usai
kemenangan atas Uruguay bakal diusut oleh FIFA.

6. Inggris
Agak luar biasa bila bursa taruhan menempatkan
Inggris di peringkat tiga sebagai kandidat juara.
Tim yang hanya sekali menjadi juara dunia dan
tak pernah sukses di Eropa. Bahkan mereka gagal
lolos di Piala Eropa 2008.
Namun, kehadiran manajer anyar Fabio Capello
mampu membawa perubahan besar dalam
skuad The Three Lions. Performa tim menjadi
ekselen selama kualifikasi sehingga menjadikan
Inggris menempati unggulan utama.
Faktor Capello memang menjadi kunci. Ia paham
kelemahan mendasar dari tim Inggris, yaitu
mental bertanding. Ia lebih banyak membenahi
kepercayaan diri pemain. Tak heran bila skuad
Inggris tak banyak berubah.
Tak hanya itu. Capello juga memasukkan karakter
Italia, pertahanan yang rapi dan ketat serta disiplin
tinggi yang berpadu dengan pragmatisme. Ini
menjadikan permainan Inggris lebih agresif.
Hasilnya, Inggris bisa mencetak 34 gol selama
sepuluh pertandingan kualifikasi. Tertinggi di
antara tim-tim Eropa lain.
Meski demikian, Inggris belum menunjukkan tim
yang difavoritkan memenangi Piala Dunia. Lini
belakang dan tengah tak terlalu solid. Dan, Inggris
masih belum mendapat solusi yang tepat untuk
posisi kiper. Setelah Gordon Banks atau Peter
Shilton, Inggris tak lagi memiliki kiper tangguh.
Namun, Capello masih memiliki waktu untuk
membenahi tim. Agresivitas dan permainan
dengan tempo tinggi akan menjadi kekuatan
Inggris di Piala Dunia. Ini didukung dengan
deretan pemain berkarakter tough yang tidak
takut beradu fisik seperti Wayne Rooney, Steven
Gerrard atau Frank Lampard.
Kemenangan 5-1 atas Kroasia di pertandingan
kualifikasi merupakan representasi kekuatan yang
sesungguhnya dari Inggris yang bakal menjadi
ancaman bagi tim-tim lain.
Mereka memperlihatkan permainan yang agresif,
enerjik dan destruktif. Kelebihan lain, mereka
bertarung dengan hati dan semangat tinggi saat
membela negara. Teknik mungkin tidak tinggi,
tapi mereka memiliki the heart of lions.

7. Belanda
Dengan memetik delapan kemenangan berturut-
turut, Belanda menjadi tim pertama dari zona
Eropa yang berangkat ke Afrika Selatan. Pelatih
Bert van Marwijk sukses memadukan potensi
pemain muda dengan pemain senior.
Di lini belakang, duo veteran Andre Ooijer dan
Joris Mathijsen menjadi andalan. Van Marwijk
masih mengandalkan keduanya meski memiliki
deretan bek muda Gregory van der Wiel dan
Edson Braafheid.
Sementara, kekuatan lini depan Oranje benar-
benar menakutkan. Bagaimana tidak. Robin van
Persie, Klaas-Jan Huntelaar, Arjen Robben, Dirk
Kuyt, Wesley Sneijder dan Rafael van der Vaart
tengah mencapai puncak sehingga memudahkan
Van Marwijk untuk memainkan sepakbola ofensif.
Selain itu masih ada Ryan Babel dan Ibrahim
Afellay.
Hanya, kemampuan mereka belum sepenuhnya
teruji karena Belanda bertemu lawan lemah di
kualifikasi. Namun, selalu ada harapan bagi
Belanda untuk meraih sukses setelah gagal di
1974 dan 1978.

8. Prancis
Prancis tak pernah mencapai performa terbaik di
kualifikasi. Meski memiliki banyak penyerang
hebat, tapi mereka termasuk miskin gol.
Buruknya performa tim menyebabkan
ketegangan dalam tim. Kinerja pelatih Raymond
Domenech pun dipertanyakan, termasuk oleh
kapten Thierry Henry. Hanya, striker Barcelona ini
kemudian meralat pernyataannya.
Prancis memang masih harus melakoni play-off.
Tapi, Les Bleus diyakini bakal lolos dan tetap
menjadi favorit. Prancis merupakan tim yang
memiliki banyak pemain potensial, termasuk
Franck Ribery. Bila terbentuk perpaduan yang
ideal, Prancis bakal menjadi kekuatan yang
berbahaya.

9. Pantai Gading
Saatnya tim Afrika unjuk gigi dan tak sekadar
menjadi tim yang membuat kejutan di babak
penyisihan namun akhirnya terhenti sebelum
mencapai semi-final. Apalagi, mereka bermain di
benua sendiri di Afrika Selatan. Setidaknya, tim-
tim Afrika sudah bisa beradaptasi dengan kondisi
tuan rumah.
Kamerun dan Ghana memang terlihat solid,
namun Pantai Gading bisa mewakili untuk
menjadi kandidat dari benua Afrika.
"Kami ingin membuat sejarah dan mengubah
dunia dalam memandang sepakbola Afrika. Saya
berharap kami bisa mencapai final dan menjadi
juara," tegas Didier Drogba, bintang utama Pantai
Gading.

10. Portugal
Portugal tetap menjadi salah satu tim unggulan
meski masih harus melewati play-off. Memiliki
skuad komplet, namun Portugal mengalami
kesulitan di kualifikasi.
Setelah memetik hasil mengecewakan, mereka
akhirnya bisa memenangkan tiga pertandingan
terakhir yang mengantarkan Portugal ke peringkat
dua. Portugal kembali mengandalkan pemain
kelahiran Brasil yang pindah kewarganegaraan,
Liedson.
Pelatih Carlos Queiroz dituding sebagai penyebab
ambruknya Portugal. Meski hebat saat menangani
tim yunior dengan menjadikan Portugal dua kali
juara dunia di level yunior, namun kemampuan
Queiroz diragukan di level senior.
Ia masih mengandalkan pemain tua yang sudah
sulit mencapai performa terbaik seperti Raul
Meireles dan Deco. Ia juga kerap memindah-
mindahkan pemain.
Meski mengalami kesulitan, namun Portugal tetap
difavoritkan. Bursa taruhan tetap menempatkan
Portugal sebagai salah satu kandidat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar