Selasa, Desember 20, 2011

Fokus: Pekan Terakhir RPL 2

RPL Season 2 telah memasuki matchday terakhir besok. Masing-masing team hanya akan mmiliki 1 pertandingan tersisa untuk menambah poin dan merubah posisi di klasemen akhir. Tidak seperti RPL musim lalu, musim ini peluang juara hanya tersisa untuk 2 team yaitu, MANCHIEZ BEGINS dan KUDA LUMPING.

2 team yang mempunyai kualitas hampir mirip meskipun memiliki gaya bermain yang sangat berbeda. Manchiez lebih mengandalkan counter-attack yang sangat cepat dan akurat. Sementara Kuda Lumping lebih bermain dengan team, dan passing-passing pendeknya. Keduanya juga memiliki penggedor yang sangat mumpuni, terbukti dengan bertenggernya 2 andalan mereka di daftar teratas Klasemen pencetak gol. Hadzie Buser(Manchiez) dengan koleksi 30 golnya akan aman dari kejaran Lutfi(KL) dengan 22 gol.

Tentang peluang mereka dalam merebut titel juara kali ini, Kuda Lumping lebih mempunyai kans yang lebih besar, dengan selisih 2 poin, di partai terakhir mereka hanya butuh hasil seri. Selain unggul selisih gol yang sangat jauh, head-to-head antara mereka pun Kuda Lumping lebih unggul.

1. Kuda Lumping 9 8 0 1 71-39 24 +32
2. Manchiz Begins 9 7 1 1 68-46 22 +22


Head-to-Head
Manchiez vs Kuda Lumping : 8 vs 11
Kuda Lumping vs Manchiez : 8 vs 9

Sementara peluang Manchiez bukannya sudah tertutup, meski agak berat karena selain mereka sendiri diharuskan menang di laga akhir, mereka pun harus berharap agar Kuda Lumping tergilincir di pertandingan ini.

Sementara di papan tengah dan bawah tidak akan banyak perubahan, Div. United yang di awal kompetisi begitu superior, dan sempat berada di posisi 2 meskipun akhirnya semangat mereka down karena kekalahan beruntun sekarang berada di posisi 3 dan tidak akan terkejar lagi oleh Real Money yang ada diposisi 4, begitupun seterusnya dengan D’ Koboy di bawahnya. Sementara Vega FC, satu-satunya perwakilan dari Divisi Hotel harus puas berada di urutan buncit dalam keikutsertaan mereka di ajang RPL kali ini...

Selasa, Oktober 25, 2011

Kehamilan Ektopik (Kehamilan di luar Rahim)



Kehamilan di luar rahim (kehamilan ektopik) terjadi bila sel telur yang telah dibuahi tidak melekat di rahim tetapi di tempat yang berbeda yaitu di saluran telur (tuba falopi), indung telur, leher rahim atau rongga perut. Bila embrio melekat di saluran telur, maka pertumbuhan embrio akan menyebabkan saluran telur membengkak atau pecah.
Satu dari seratus kehamilan adalah ektopik. Peluang kehamilan ektopik lebih tinggi jika saluran telur rusak karena radang perut (misalnya usus buntu atau infeksi klamidia) atau karena operasi rongga perut. IUD (spiral) juga meningkatkan risiko kehamilan ektopik.

Gejala
Jika Anda mengalami kehamilan ektopik, gejala biasanya akan terasa pada sekitar 6 – 10 minggu usia kehamilan. Jika Anda mendapatkan gejala berikut, Anda harus segera berkonsultasi dengan dokter Anda:
• Sakit di salah satu sisi panggul
• Perdarahan vagina di luar menstruasi
• Nyeri di perut bagian bawah
• Pingsan
• Mual
Pada tahap lanjut, kehamilan ektopik dapat menimbulkan gejala berikut:
• Nyeri perut yang intens
• Hipotensi
• Denyut nadi cepat
• Kulit pucat

Diagnosis
Karena beberapa gejala di atas juga dapat terjadi pada kehamilan normal, dokter bisa sulit untuk mendiagnosis. Oleh karena itu, ada sejumlah tes yang dapat dilakukan jika dicurigai ada kehamilan ektopik.
• Menggunakan ultrasound, dokter mungkin dapat melihat kehamilan ektopik, karena adanya darah di tuba falopi yang rusak atau ada embrio di luar uterus.
• Laparoskopi melalui sayatan kecil di perut dapat dengan mudah melihat bila ada embrio di luar rahim.
• Mengukur kadar hormon kehamilan hCG (human chorionic gonadotopin) adalah cara lain untuk mendeteksi kehamilan ektopik. Dalam kehamilan normal, kadar hCG berlipat dua kira-kira setiap dua hari hingga minggu ke-12. Jika hCG diperkirakan tidak meningkat, mungkin ada sesuatu yang salah dalam kehamilan.
Dokter akan selalu mencoba mendiagnosis kehamilan ektopik sedini mungkin. Dengan demikian, kerusakan biasanya masih terbatas dan risiko perdarahan internal dan komplikasi terkait masih rendah.

Pengobatan
Kehamilan ektopik harus selalu dibatalkan dan dokter akan mencoba untuk menahan laju pertumbuhan embrio dengan obat-obatan. Lebih cepat kehamilan ektopik terdeteksi, semakin besar kemungkinan kehamilan dapat dibatalkan tanpa menimbulkan efek jangka panjang.
Bila kehamilan ektopik terdeteksi di tahap awal, seringkali embrio dapat ditangani dengan obat suntik dan diserap oleh tubuh Anda. Dalam terapi ini tuba falopi biasanya masih utuh. Dalam situasi yang lebih serius, misalnya ketika tuba falopi sudah mengembang, maka diperlukan operasi.

Prognosis
Wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik, ada kemungkinan sekitar 12% akan terkena lagi di masa mendatang. Karena itu, bila Anda pernah mengalaminya Anda harus memberitahu dokter atau bidan Anda.
Sekitar 60% wanita menjadi subur kembali setelah kehamilan ektopik, 30% tidak ingin hamil karena pengalaman itu dan 10% menjadi infertil (tidak subur).



By: Majalah Kesehatan

Jumat, Oktober 14, 2011

Hasil Matchday 1 RPL 2011-2012

Data Fakta
Hasil pertandingan Matchday 1

Divisi United vs Manchiz Begins : 6 - 6
Gol:
Divisi United : Yasin 9’, 10', Jani 15', 18', Usup 37’, Beni 39’
Manchiz Begins : Babuy 3’, Buser 11', Hendra 17', 31', 33’, Cumin 24’

D’Koboy vs Remy Money : 2 - 5
Gol:
D’Koboy : Udin 1’, Fajar 36’
Remy Money : Ripcool 6’, 31’ , Asep 25’, Fery 34’, 39’
Kuda Lumping vs Vega FC : 6 - 4
Gol:
Kuda Lumping : Nyamuk 2’, 6’, 22’, Lutfi 9’, 37’, Haris 30’
Vega FC : Arif 16’, 19’, 27’, Indra 33’

Klasemen Sementara

1. REMY MONEY 1 1 0 0 5-2 3
2. KUDA LUMPING 1 1 0 0 6-4 3
3. DIVISI UNITED 1 0 1 0 6-6 1
4. MANCHIZ 1 0 1 0 6-6 1
5. VEGA FC 1 0 0 1 4-6 0
6. D’KOBOY 1 0 0 1 2-5 0

Topskorer
3 Gol : Hendra(Manchiz), Nyamuk(KL), Arif(Vega)
2 Gol : Yasin, Jani(Div. United), Ripcool, Fery(R. Money), Lutfi(KL)
1 Gol : Usup, Benny(Div. United), Babuy, Buser, Cumin(Manchiz), Udin, Fajar(D’Koboy), Asep(R. Money), Haris(KL), Indra(Vega)




Ulasan Pertandingan

Divisi United vs Manchiz Begins : 6 – 6
Pertandingan pertama antara Divisi United melawan Juara bertahan Manchiz Begins, sejak kickoff United mengambil inisiatif untuk membombardir pertahanan dari Manchiz, tapi semua usaha mereka harus kandas di kaki para pemain belakang Manchiz.
Asyik menyerang mereka justru harus kebobolan terlebih dahulu lewat sebuah skema serangan balik yang cepat, Babuy, pemain baru dari Manchiz berhasil mengoyak gawang yang dikawal oleh Deni Deblonk.
Pertandingan berjalan cepat dan kedua team sama-sama bermain menyerang. Babak pertama berakhir untuk keunggulan Divisi United 4-3.
4 menit sejak babak kedua di mulai Manchiz berhasil menyamakan skor menjadi 4-4.
Kedua team silih berganti menyerang namun karena rapatnya pertahanan masing-masing team semua peluang tidak ada yang berhasil menjadi gol. Pertandingan pun berakhir imbang karena sampai pluit babak kedua berakhir berbunyi, kedua team hanya bisa menambah masing-masing 2 gol.


D’Koboy vs Remy Money : 2 – 5
Pertandingan ini jadi ajang pamer para pemain baru dengan seragam baru mereka.
Remy Money sempat dikagetkan oleh gol cepat dari D’koboy di menit pertama, gol itu membuat para pemain Remy Money bangkit dan mencoba membalas. Dan usaha itu berhasil ketika di menit ke 6 Arif berhasil menyarangkan bola ke gawang D’Koboy.
Setelah gol tersebut Remy Money semakin bersemangat menggempur pertahanan D’Koboy namun semuanya harus kandas ditangan Mudji. Babak pertama kedua team berbagi angka sama 1.
Babak kedua dimulai dengan bola dari Remy Money, mereka tetap tampil mendominasi permainan sampai akhirnya pemain pengganti Asep mencetak gol untuk merubah skor menjadi 2-1.
D’Koboy hanya bisa bertahan sambil menunggu celah untuk melakukan serangan balik, namun karena koordinasi yang buruk semua peluang tidak ada yang berhasil dikonversi menjadi gol.
Berawal dari tabrakan antara Dedy dengan kiper Remy Money, Arry, bola liar yang sudah tepat didepan garis gawang berhasil didorong Fajar kedalam gawang Remy Money, skor 4-2.
Dengan asa mengejar ketertinggalan, d’Koboy semakin bersemangat untuk menambah gol, namun justru Fery yang berhasil menambah keunggulan Remy Money dan menutup pertandingan dengan skor akhir 5-2.

Kuda Lumping vs Vega FC : 6 – 4
Pertandingan ini harus dilaksanakan di Suria Sport Hall karena stadion Plaza sedang mengalami perbaikan.
Kedua team sama-sama buta akan kekuatan lawan namun mereka tetap menampilkan permainan menyerangnya, KL mendominasi dengan penguasaan bola dan permainan effektifnya, sehingga sampai menit kesembilan mereka sudah berhasil unggul 3 gol.
Setelah itu tempo pertandingan menjadi semakin cepat dan banyak terjadi benturan antara kedua team. Sehingga wasit sering harus menghentikan jalannya pertandingan.
Permainan hanya terjadi di lapangan tengah dengan shooting-shooting jarak jauh, namun semuanya masih jauh dari gawang.
Baru pada akhir babak pertama Vega berhasil memperkecil ketertinggalan dan menutup babak pertam dengan skor 3-2.
Babak kedua baru berjalan 2 menit Ari Nyamuk memperbesar keunggulan menjadi 4-2, setelah gol tersebut Nyamuk semakin bernafsu untuk menambah golnya namun Vega FC harus berterimakasih kepada tiang gawang karena 5 dari 7 tendangan Nyamuk hanya berakhir membentur tiang gawang.
KL semakin bersemangat menyerang namun justru Vega yang berhasil memanfaatkan kelengahan pemain bertahan KL, dan Arif berhasil menyarangkan sepasang gol lagi untuk memperkecil defisit gol, yang kemudian diakhiri dengan sebuah tendangan halilintar dari Lutfi untuk menyudahi perlawanan Vega FC.

Minggu, September 11, 2011

Cerita Persaudaraan Sampai Mati Lazio-Inter

Sebuah catatan penting tentang bagaimana persaudaraan di atas segala-galanya...!!!!
cekidot....

CERITA PERSAUDARAAN SAMPAI MATI INTERISTI-LAZIALE (GAMELLAGGIO LAZIO-INTER)

Sebuah Catatan Panjang Sejarah dan Kejadian Dramatis
Stadio Giuseppe Meazza, San Siro, Milano, 23 April 2011.
Menjelang laga Inter vs Lazio di pekan-pekan terakhir yang krusial di Serie A musim 2011/2012. Lazio sedang bersaing keras dengan Udinese untuk mengamankan tempat di UCL dan Inter sedang berjuang keras menghidupkan asa scudetto yang hampir pasti diraih AC Milan. Ketika kedua tim memasuki lapangan, dari salah satu bagian stadion puluhan flare warna biru langit dinyalakan, disusul pekikan ribuan orang: "A Roma Ce Solo Lazio" atau "Di Kota Roma Hanya Ada Lazio". Kita yang hanya menyaksikan lewat televisi tentu mengira itu adalah ulah suporter Lazio. Sebenarnya bukan, flare dan teriakan itu justru dilakukan dari Curva Nord Stadio GM oleh puluhan ribu Interisti yang tergabung dalam Boys SAN dan beberapa kelompok ultras Inter lainnya. Baru setelah itu dari sisi Irriducibili Lazio dinyalakan flare warna biru gelap (warna Inter) dan para Laziali meneriakkan "Forza Inter Ale". Itu adalah ritual selamat datang dari Interisti untuk Laziali dan tanda persahabatan Laziali bagi Interisti. Ritual itu sudah berusia lebih dari satu dekade sejak kedua kelompok suporter ultras menjalin gamellaggio (twinning, persaudaraan). Di Stadio Olimpico, ritual dilakukan sebaliknya. Irriducibili Lazio menyalakan flare biru gelap disertai teriakan "Forza Inter Ale" dan dibalas oleh Interisti dengan flare biru langit dan teriakan "A Roma Ce Solo Lazio".
Mengapa kita bersahabat dengan Lazio? Karena sama-sama menempati Curva Nord? Dan mengapa Lazio berseteru dengan AS Roma? Karena menghuni kota yang sama? Itu memang salah satu alasan tetapi latar belakang sesungguhnya adalah sebuah sejarah panjang dan kompleks, dimulai bahkan dari saat awal eksistensi kedua klub itu. Takdir Mulai Saat Kelahiran SS Lazio dibentuk tahun 1900 oleh para politisi dan usahawan berhaluan politik kanan dan anti-Yahudi serta berbasis pendukung kaum terpelajar dan kalangan menengah-atas Roma. Kelompok berhaluan serupa juga lah yang mendirikan Inter saat melepaskan diri dari AC Milan tahun 1908. Saat diktator fasis Benito Mussolini berkuasa di Italia, dia memerintahkan semua klub di kota Roma di-merger menjadi AS Roma tahun 1927. Semua mematuhi, kecuali SS Lazio yang menentang dan tetap berdiri sendiri. AS Roma dikuasai oleh golongan kiri dan didukung oleh kelas buruh dan masyarakat Yahudi (kelompok serupa yang mendukung AC Milan). Di kota Milan, Mussolini melakukan hal yang sama, dan Inter melakukan penentangan yang sama sehingga sementara harus berganti nama menjadi Ambrosiana Milano. Sejarah awal ini telah menyemai ikatan antara SS Lazio dan Inter serta menempatkan AS Roma dan AC Milan pada pihak yang berseberangan. Lokasi yang sama di Curva Nord (Lazio dan Inter) dan di Curva Sud (AS Roma dan AC Milan) makin mempertajam perbedaan ini. Dan, tentu saja, faktor lokasi di Kota yang sama menjadikan persaingan Lazio-Roma menjadi semakin memanas. Lazio dan pendukungnya merasa sebagai yang pertama di Roma, sedangkan AS Roma menganggap dirinya satu-satunya klub yang menyandang nama kota. Persaingan ini sedemikian panasnya, sehingga Derby della Capitale (SS Lazio vs AS Roma) dinobatkan sebagai derbi paling panas di Italia bahkan di Eropa, melebihi Derby della Madoninna (Inter vs Milan), Derby Manchester (MU vs Manchester City) bahkan mengungguli El Classico (Barcelona vs Madrid). Kalau Interisti dan Milanisti hanya panas di dunia maya tetapi bersahabat di dunia nyata, Laziali dan Romanisti berseteru dalam arti sebenarnya, di dunia maya maupun di dunia nyata. Hampir tak pernah terjadi Derby della Capitale tanpa kerusuhan. Tercatat beberapa nyawa melayang dan ratusan orang telah terluka karena derbi ini. Derby della Capitale adalah "neraka" sepakbola Italia. Gamellaggio Lazio-Inter Persaudaraan ini terjadi sepanjang sejarah. Tak pernah ada catatan insiden antara Laziali dan Interisti. Kesamaan aliran politik dan basis pendukung membuat kedua kelompok suporter ini selalu rukun. Gamellaggio secara formal terjadi saat kedua suporter bertemu dalam final UEFA Cup tahun 1998 di Paris yang dimenangkan Inter dengan 3-0. Sikap ksatria Irriducibili Lazio dan sikap simpatik Boys SAN Inter membuat kedua suporter mendapatkan penghargaan fair play dari UEFA. Dan saat itu tercapailah kesepakatan persaudaraan antara Laziali dan Interisti yang makin menguat hingga hari ini. Inilah beberapa kejadian unik yang menunjukkan eratnya gamellagio Lazio- Inter:

Nasib Tragis Zaccheroni,
5 Mei 2002 Pada pertandingan giornata 34 musim 2001/2002 tanggal (match terakhir, karena saat itu Serie A hanya berisi 18 tim), terjadi peristiwa yang unik di Stadio Olimpico pada laga Lazio vs Inter. Saat itu Inter di ambang juara karena cukup dengan mengalahkan Lazio maka mereka akan meraih scudetto mengungguli Juventus. Maka Laziali di Stadio Olimpico, dimotori Irriducubili Lazio mendukung Inter habis-habisan dan meminta Lazio kalah, agar yang mendapatkan scudetto Inter, rival Lazio: Juventus. Sayangnya malam itu para punggawa Nerazzurri gagal meraih scudetto yang sudah di depan mata, kalah 2-4 dari Biancoceleste. Dan Juventus merebut scudetto dengan 71 poin, diikuti Roma dengan 70 poin. Inter sendiri di posisi ketiga dengan 69 poin. Akibat kejadian ini, Irriducibili Lazio mendemo manajemen Lazio dan meminta allenatore Lazio, Alberto Zaccheroni dipecat. Zaccheroni pun akhirnya mengundurkan diri. Dia dimusuhi Laziali justru karena timnya memenangkan laga. Ironis, tapi itulah jiwa Irriducibili Lazio: persahabatan dan solidaritas ditempatkan di atas sepak bola itu sendiri.

Stadio Giuseppe Meazza Tanpa Banner dan Flare,
15 November 2007 Empat hari sebelumnya, seorang DJ terkenal di kota Roma, Gabriele Sandri, seorang pendukung ultras Lazio, menjadi korban tak berdosa dalam kerusuhan antara sekelompok suporter anarkis Juventus dan kepolisian kota Roma. Sandri tertembak di bagian belakang kepalanya oleh polisi. Kerusuhan pun meledak, menuntut keadilan. Tidak hanya karena para Laziali menyerang kantor polisi Roma, tapi juga di Milano, oleh Interisti menyerang kantor polisi Milano, menunjukkan solidaritasnya. Untuk menghormati Sandri, Inter menunda sehari pertandingan Inter vs Lazio di Stadio Giuseppe Meazza yang seharusnya digelar 14 November. Saat pertandingan berlangsung, Boys SAN Inter memprakarsai mengheningkan cipta selama 5 menit di stadion untuk menghormati Sandri. Dan malam itu, di Curva Nord Giuseppe Meazza, tempat para Interisti, sama sekali tidak terlihat sepotong pun spanduk, banner ataupun sebuah flare pun yang mereka nyalakan. Kelompok-kelompok ultras Inter hanya membentangkan sebuah spanduk besar dengan tulisan warna biru langit berlatar belakang biru gelap bertuliskan: "Gabriele Sandri, Kau Akan Selalu Berada di Hati Kami".

Korban Berikutnya, Jersey No 12 SS Lazio,
Minggu, 2 Mei 2010 Stadio Olimpico Roma dipenuhi pendukung Lazio dan Inter yang menantikan pertandingan Serie A giornata 36 musim 2009/2010. Pertandingan ini sangat menentukan bagi kedua tim. Bagi inter, memenangi pertandingan ini akan mempermudah meraih Scudetto, dan akan mengambil alih poisisi cappolista dari AS Roma yang sementara unggul 1 poin. Bagi Lazio memenangi pertandingan ini akan lebih mengamankan diri dari kemungkinan degradasi ke Serie B, karena saat itu Lazio berada di posisi 17 dan hanya terpaut 4 poin dari zona merah. Ritual gamellagio seperti pada pembuka tulisan ini pun dilakukan. Itu hal biasa. Yang luar biasa adalah banyak bendera Inter dan spanduk-spanduk pemberi semangat bagi Inter dikibarkan oleh Irriducibili Lazio. Yang paling mencengangkan tentu saja sebuah spanduk para Laziali yang ditujukkan kepada para pemain Lazio sendiri: "Kalau sampai menit ke 80 Lazio unggul, kami akan masuk ke lapangan!" Spanduk ini disita polisi tak lama kemudian tetapi muncul spanduk-spanduk lain yang tak kalah mengerikan: "Nando (maksudnya Fernando Muslera), biarkan bola melewatimu, dan kami akan tetap menyayangimu." "Zarate, satu gol saja kau cetak, kami paketkan kau ke Buenos Aires." Rupa-rupanya para pendukung Lazio ingin agar Inter mengalahkan timnya malam itu, untuk melicinkan jalan Inter menuju scudetto. Mereka lebih memilih risiko Lazio turun ke Serie B daripada Roma yang memperoleh scudetto. Suasana pertandingan pun menjadi sangat aneh. Lazio sama sekali tidak memperoleh dukungan fans-nya sendiri walaupun bermain di Olimpico. Sebaliknya Inter sebagai tamu justru memperoleh dukungan luar biasa. Setiap kali pemain Inter menguasai bola, para Laziali berteriak, "Biarkan mereka lewat!" Malam itu portiere Lazio, Fernando Muslera, bermain sangat gemilang. Tak kurang dari 10 penyelamatan luar biasa dilakukannya. Tiap kali Muslera menggagalkan gol Inter, teriakan cemoohan pun berkumandang ke arahnya. Akhirnya pada injury time babak pertama, tandukan Walter Samuel mengubah skor menjadi 0-1. Stadion bergelegar dan muncul spanduk ejekan dari Laziali bertuliskan, "Oh, Noooo Roma!" dan, "Scudetto Game Over, Roma!" Di babak kedua mental pemain Lazio (kecuali Muslera yang tetap bermain gemilang) pun runtuh. Kesalahan demi kesalahan dilakukan dan membuat Thiago Motta menggenapkan kemenangan Inter menjadi 0-2 di menit ke 70. Di akhir pertandingan, para pemain Lazio meninggalkan pertandingan dengan sedih dan marah karena merasa "dihianati" Laziali. Presiden Roma, Rosella Sensi mengecam habis-habisan ulah Laziali tersebut. Jose Mourinho hanya berkomentar pendek, "Saya belum pernah menyaksikan yang seperti ini." Asisten pelatih Lazio mengakui bahwa anak asuhnya sangat terpengaruh oleh suasana stadion dan tidak bisa menampilkan performa terbaiknya. Inter akhirnya merebut scudetto 2009/2010 dengan keunggulan 2 poin atas AS Roma. Syukurlah, Lazio mampu memenangi 2 laga sisa, terhindar degradasi dan menempati posisi akhir klasemen di urutan ke 12. Insiden ini membuat presiden Lazio, Claudio Lotito marah besar. Tahun 2003 Lazio memutuskan untuk mengistirahatkan jersey no. 12 sebagai penghormatan pada Irriducibili Lazio sebagai "pemain ke 12". Tetapi karena kejadian ini (ditambah lagi dengan kehadiran politisi lawan Lotito di tribun Irriducibili Lazio beberapa pertandingan sebelumnya) maka jersey no. 12 ditarik kembali dari peristirahatannya dan pada musim 2010/2011 dipakai oleh portiere kedua Lazio, Tomasso Berni. Musim 2011/2012 jersey no 12 dipakai oleh difensore Marius Stankevicius. Satu bukti lagi, bahwa bagi Irriducibili Lazio, persahabatan dan solidaritas adalah yang terpenting.

Kawan dan Rival Bersama.
Bagaimana di Indonesia? Sejarah telah berbicara, dan akhirnya menempatkan AS Roma, AC Milan dan Juventus sebagai rival bersama Lazio dan Inter. Di Indonesia, gamellagio Lazio-Inter ini masih sangat kurang terasa. Tak jarang Laziali dan Interisti justru terlibat perdebatan panas di berbagai grup dan fanpage. Padahal di Italia, persaudaraan ini demikian erat di dunia maya dan di dunia nyata. Yang telah ada adalah menempatkan AS Roma, AC Milan dan Juventus sebagai rival bersama. Satu keanehan lagi di Indonesia, Milanisti dan Juventini cenderung bersahabat, sementara di Italia, mereka berdua adalah rival.

(Dari berbagai sumber: forum LaCurvaNord, LazioForever, ForzaInterForums, UltrasLazio dan IrriducibiliLazio).

Penulis asli:Galuh Lazialita Biancocelesti